HABAR KALTIM, Samarinda – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Timur (Kaltim) menghadapi tantangan khusus dalam penanganan bencana terkait air, terutama dalam kasus pencarian korban yang tenggelam. Koordinator Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kaltim, Cahyo Kristanto, mengakui bahwa pencarian korban di dalam air memerlukan tim penyelam penyelamat yang bersertifikat, dan saat ini hanya Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) yang memiliki tim tersebut.
Menurut Cahyo Kristanto, Basarnas lebih fokus pada pencarian korban di dalam air, sementara BPBD dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih terkonsentrasi pada penanganan bencana secara manual. Hal ini menjadi masalah ketika melihat geografis Kaltim, yang memiliki luas pengelolaan laut mencapai 15.656 kilometer persegi, termasuk sungai dan laut. BPBD harus siap menangani berbagai jenis bencana yang terkait dengan air, dan bukan hanya bencana di daratan.
“Sementara terfokus ke Basarnas, justru mereka yang duluan mendapat, BNPB belum bergerak. Kita fokus di manual terus,” kata Cahyo.
Oleh karena itu, BPBD Kaltim telah melaksanakan pelatihan sertifikasi pencarian di dalam air di Kota Bontang sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menangani bencana yang melibatkan air. Hal ini menunjukkan komitmen BPBD Kaltim untuk terus meningkatkan kemampuan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai tantangan bencana di wilayahnya.
“Padahal BPBD itu segala bencana dituntut juga untuk siap,” tukasnya.
Dengan luasnya wilayah perairan di Kaltim, BPBD Kaltim harus dapat berperan aktif dan efektif dalam pencarian dan pertolongan korban bencana di dalam air. Dengan demikian, masyarakat di wilayah tersebut dapat merasa lebih aman dan terlindungi saat menghadapi ancaman bencana terkait air. Upaya ini adalah bagian penting dari tugas BPBD dalam menjalankan peran sebagai penanggulangan bencana di daerah itu. (adv)