HABAR KALTIM, Samarinda – Keterlibatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Timur (Kaltim) dalam penanganan stunting menjadi sorotan baru. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi (RR) dalam struktur BPBD Kaltim mengambil peran kunci dalam upaya mengatasi masalah ini.
Kepala Pelaksana BPBD Kaltim diwakili Andik Wahyudi, Kepala Bidang RR, mengungkapkan bahwa partisipasi BPBD dalam mengurangi angka stunting sebenarnya belum begitu dikenal secara luas di masyarakat. Mayoritas masih melihat BPBD hanya sebagai instansi yang menangani bencana alam, tanpa menyadari peran pentingnya dalam menghadapi masalah kesehatan seperti stunting.
Pentingnya BPBD dalam menangani stunting terkait erat dengan upaya menciptakan lingkungan cuaca dan iklim yang sehat bagi masyarakat. Andik menjelaskan bahwa kondisi lingkungan yang tidak mendukung, seperti polusi udara, juga dapat berkontribusi pada tingginya angka stunting di kalangan anak. Ia menegaskan bahwa stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan (Dinkes), tetapi juga memerlukan peran serta aktif dari berbagai instansi, termasuk BPBD.
Andik menggarisbawahi bahwa jika masalah stunting tidak ditangani secara serius, akan menjadi krisis kesehatan besar di masa depan. Jika generasi muda mengalami stunting, hal ini akan berdampak pada kegagalan pertumbuhan pada generasi mendatang.
Dalam pandangan Andik, penanganan stunting memerlukan kerja sama dan partisipasi dari seluruh instansi terkait. Ia menegaskan perlunya pendekatan bijak dan sinergi di antara OPD yang terlibat dalam upaya menurunkan angka stunting. Ketidakbijakan dalam menangani stunting bisa mengakibatkan dampak yang signifikan pada generasi yang akan datang.
“Kondisi cuaca dan iklim tidak mendukung, apa yang dihirup? itu akan menjadi stunting. Stunting itu bukan hanya kerjanya Dinkes saja,” ucap Andik.
Sebagai penutup, Andik menekankan bahwa penanganan stunting harus menjadi prioritas bersama yang memerlukan kerja sama lintas sektor dan pendekatan yang cermat dan efektif. (adv)